Rabu, 14 Mei 2008

Berusaha, Doa dan Tawakal

Berpidato adalah menyampaikan suatu hal yang kita ketahui kepada orang lain pada suatu kesempatan atau waktu tertentu. Berpidato sering dijadikan sebagai kegiatan yang dilombakan di acara tertentu. Biasanya perlombaan itu diadakan oleh lembaga-lembaga tertentu khususnya lembaga pendidikan mulai dari SD sampai tingkat perguruan tinggi.
Ketika saya duduk di kelas X SMA, tepatnya SMAN Darmaraja saya pernah mengikuti lomba pidato yang dilaksanakan oleh OSIS SMAN Darmaraja. Lomba itu dilaksanakan dalam rangka mengisi kegiatan tengah semester di sekolah. Materi yang akan saya sampaikan pada saat itu tentang pentingnya menuntut ilmu. Peserta yang mengikuti acara ini adalah perwakilan tiap-tiap kelas, dari mulai kelas X, XI, dan kelas XII. Adapun yang bertindak sebagai juri pada saat itu adalah semua guru bahasa indonesia di SMAN Darmaraja.
Adapun persiapan yang saya lakukan untuk berpidato ini adalah sebagai berikut.
1.Menentukan tema tentang materi yang akan disampaikan.
2.Menentukan tujuan yang ingin dicapai dari apa yang akan disampaikan itu.
3.Membuat kerangka pidato dan mengembangkannya.
Setelah mengembangkan kerangka pidato yang telah dibuat kemudian saya melakukan beberapa kali latihan berpidato di depan cermin. Selain itu tidak lupa saya berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kelancaran dan hasil yang terbaik. Saat pelaksanaan lomba pidato itu, saya merasa tegang dan kurang percaya diri, tetapi saya harus tawakal apapun yang terjadi pasti itulah yang terbaik dari Allah, karena saya sudah berusaha dengan cara latihan dan berdoa.
Ketika nama saya dipanggil untuk maju ke depan, saya merasa sedikit tegang, tetapi saya terus meyakinkan diri . Pidato itu saya mulai dengan ucapan basmalah. Materi yang saya sampaikan pada saat itu intinya mengajak pendengar untuk semangat menuntut ilmu karena memang ada hadis dan ayat Al Qur'an yang isinya bahwa menuntut ilmu itu merupakan kewajiban bagi semua kaum muslimin, baik itu laki-laki maupun perempuan. Saya juga memberikan cara agar kita bisa menuntut ilmu yang bermanfaat, dan cara itu adalah sebagai berikut.
1.Diawali dengan tekad yang kuat untuk menuntut ilmu yang bermanfaat.
2.Berusaha dengan terus menuntut ilmu meskipun banyak rintangannya.
3.Terus berdoa kepada Allah SWT, memohon agar diberikan kemudahan dan kelancaran.
4. Bertawakal atas segala usaha dan doa yang telah digantungkan pada Allah semata.
Alhamdulillah saya dapat menyampaikan isi pidato itu dengan baik. Saya sangat bersyukur, karena saya dapat mengalahkan perasaan tidak yakin akan kemampuan diri yang membuat saya tegang dan yang lebih membahagiakan bagi saya dapat meraih juara pertama untuk lomba pidato itu.
Dari pengalaman saya mengikuti lomba pidato itu, banyak hikmah yang dapat kita ambil untuk dijadikan bahan renungan untuk menjadi lebih baik. Sebagai manusia tentu kita memiliki kelebihan dan kekurangan tetapi kita harus menjadikan kelemahan diri kita menjadi sesuatu yang bisa kita perbaiki, artinya kita harus terus belajar untuk mengenal kelemahan diri dan berusaha memperbaikinya sehingga diri kita ini menjadi lebih berguna, Rasullah SAW pernah bersabda bahwa sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat. Kita tidak boleh mengalah pada keadaan yang lemah tetapi berusaha mengubah keadaan untuk menjadi lebih baik. Allah SWT berfirman dalam salah satu ayatnya bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubahnya sendiri. Pada dasarnya memang itulah tugas manusia untuk selalu berusaha semaksimal mungkin dan berdoa hanya kepada Allah yang disertai dengan tawakal kapada Allah semata.

Minggu, 11 Mei 2008

Berbagi Ilmu

Suatu ketika saya pernah mendengar seorang pemuda yang menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran melalui petuah-petuah yang ia sampaikan. Pemuda itu sering berkomunikasi dengan banyak orang melalui pesawat telepon hanya untuk sekedar menjawab pertanyaan dari orang-orang yang sering mendengarkan ceramahnya. Ia banyakmengkaji tentang isi Al Qur'an dan Al Hadis.
Subhanallah, itulah ucapan yang saya panjatkan kepada Allah SWT, ternyata masih ada pemuda yang soleh yang berani menyerukan kebenaran yang merupakan kewajiban seorang muslim, di tengah-tengah banyak pemuda yang masih setia dengan hedonisme. Saya sangat kagum dengan cara pemuda itu berkomunikasi, ia selalu menampilkan sikap yang ramah tamah pada semua orang dan apa yang ia ucapkan sarat dengan ilmu. Meskipun usia pemuda itu masih belasan tahun tetapi sikapnya lebih dewasa dari usianya.
Saya juga sering berkomunikasi dengannya, hal yang sering kami diskusikan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan masalah agama islam. Meskipun berkomunikasi melalui pesawat telepon genggam tetapi hal itu tidak menjadi penghambat untuk terus bertukar ilmu. saya sempat kecewa karena saya tidak bisa berkomunikasi dengannya selama duatahun. Namun Alhamdulillah kini saya sudah dapat berkomunikasi lagi dengannya, kembali saya bertanya padanya hanya saja yang saya tanyakan sekarang itu tentang universitas karena saya sedang perlu sekali informasi tentang perguruan tinggi yang ia ketahui.

Senin, 14 April 2008

Renungan Senja

Senja adalah sepertiga waktu menjelang akhir siang dan memasuki malam.
Begitupun umur, senja adalah sepertiga waktu menjelang akhir hidup.
Segeralah bercermin, gunakan hati nuranimu untuk menilai hidupmu!
Condong kemana posisi hidupmu?
mengikuti hawa napsu serakah, biasa-biasa, atau dikendalikan hati nurani?
Celakalah bila mendewakan napsu serakah diatas segalanya.
Rugilah orang yang hidup biasa-biasa tanpa keimanan dan ketakwaan.
Berbahagialah orang yang menggunakan hati nuraninya untuk mengendalikan kehidupannya.
Segeralah bertobat dan bersujud serta meminta ampun dengan itikad kuat untuk merubahnya!
Tambahkan keimanan, ketakwaan, dan kebaikan!
Pertahankan serta tabunglah sebanyak-banyaknya kebaikanmu, ketakwaanmu dan keimananmu untuk masa depan nanti, kembali kepangkuan Illahi!
Allah SWT yang Maha Pengampun, Maha Mengetahui apapun yang kita kerjakan.

Puisi SANG PENGAMEN

Tiap hari memetik gitar,
naik turun untuk bernyanyi,
tiada peduli akan harga diri,
yang terpikir,
hari ini bisa mendapat sesuap nasi.

Akankah kita menutup mata?
anak-anak bermata sayu,
hirir mudik mendekati bis yang tiba,
dengan penuh keterpaksaan,
hanya untuk memenuhi tangisan perut.

Akankah kita berpangku tangan?
hanya mengharapkan janji pemerintah,
tiada kata selain tanggung jawab semua.

Rabu, 02 April 2008

INKONSISTENSI ORANG DEWASA

Jika kita kembali membuka lembaran di bulan November 2007, saat itu geng motor merebak meresahkan masyarakatIndonesia. Tindakan para remaja mulai dari membuat onar, keributan, penganiayaan, hingga pembunuhan. Sungguh sangat ironis jika kita mengetahui kejadian itu. Pertanyaan kita adalah apa sebenarnya yang terjadi pada remaja?
Dalam sebuah buku yang berjudul Meraih Kebahagiaan, yang ditulis oleh Dr. Jalaluddin Rakhmat menggambarkan sebuah kota bernama Rockdale County di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Kota itu kehidupan masyarakat dalam bidang perekonomiannya sangat makmur. Namun pada suatu hari ditemukan seorang anak usia 16 tahun mati taerkapar dalam sebuah perkelahian di tempat parkir sebuah mol. Tanggal 20 Mei 1999 seorang anak remaja menembaki anak-anak sekolah lainnya.
Dalam penelitian petugas kesehatan, ditemukan remaja usia 14-17 tahun positif menderita sipilis dan 200 remaja lainnya menderita penyakit kelamin yang menular (sexually transmitted diseases). Wabah sipilis itu kemudian makin marak dengan adanya sek bebas, pesta minuman keras, dan narkoba. Public broadcasting menyiarkan bahwa wabah sipilis ini sebagai sejenis metapora tentang penyakit yang lebih mendalam, yang menggorogoti remaja dewasa ini. Fenomena yang terjadi terhadap remaja itu berada dalam keadaan masyarakat yang bergelimang harta dan kemajuan ekonomi warga Atlanta, lalu apa penyebab dari fenomena yang terjadi pada remaja itu?
Menurut salah seorang dosen sosiologi Universitas Minnesto, terjadi kehampaan pada anak usia remaja, hampa dari kehadiran orang dewasa dan hampa dari pengamatan. Jika kita belajar dari Rockdale Country, sudahkah kita melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang terjadi pada remaja-remaja di Indonesia. Sangat ironis jika kita melihat, mendengar dan menghayatinya.
Salah satu penyebab anak menjadi nakal karena orang tua yang tidak konsisten terhadap aturan yang ditujukan untuk anak-anak sehingga mereka melihat kecacatan orang dewasa terhadap aturan. Orang dewasa menyerukan untuk mematuhi aturan yang berlaku tapi disisi lain mereka juga melanggar aturan yang telah ditentukan.
Mungkin ini sebagai pelajaran untuk kita renungkan, bahwa kita tidak bisa memaksa orang lain untuk konsisten terhadap hukum tetapi memulai dari diri kita sendirilah yang mungkin dapat memotivasi orang lain untuk patuh terhadap hukum.