Rabu, 02 April 2008

INKONSISTENSI ORANG DEWASA

Jika kita kembali membuka lembaran di bulan November 2007, saat itu geng motor merebak meresahkan masyarakatIndonesia. Tindakan para remaja mulai dari membuat onar, keributan, penganiayaan, hingga pembunuhan. Sungguh sangat ironis jika kita mengetahui kejadian itu. Pertanyaan kita adalah apa sebenarnya yang terjadi pada remaja?
Dalam sebuah buku yang berjudul Meraih Kebahagiaan, yang ditulis oleh Dr. Jalaluddin Rakhmat menggambarkan sebuah kota bernama Rockdale County di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Kota itu kehidupan masyarakat dalam bidang perekonomiannya sangat makmur. Namun pada suatu hari ditemukan seorang anak usia 16 tahun mati taerkapar dalam sebuah perkelahian di tempat parkir sebuah mol. Tanggal 20 Mei 1999 seorang anak remaja menembaki anak-anak sekolah lainnya.
Dalam penelitian petugas kesehatan, ditemukan remaja usia 14-17 tahun positif menderita sipilis dan 200 remaja lainnya menderita penyakit kelamin yang menular (sexually transmitted diseases). Wabah sipilis itu kemudian makin marak dengan adanya sek bebas, pesta minuman keras, dan narkoba. Public broadcasting menyiarkan bahwa wabah sipilis ini sebagai sejenis metapora tentang penyakit yang lebih mendalam, yang menggorogoti remaja dewasa ini. Fenomena yang terjadi terhadap remaja itu berada dalam keadaan masyarakat yang bergelimang harta dan kemajuan ekonomi warga Atlanta, lalu apa penyebab dari fenomena yang terjadi pada remaja itu?
Menurut salah seorang dosen sosiologi Universitas Minnesto, terjadi kehampaan pada anak usia remaja, hampa dari kehadiran orang dewasa dan hampa dari pengamatan. Jika kita belajar dari Rockdale Country, sudahkah kita melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang terjadi pada remaja-remaja di Indonesia. Sangat ironis jika kita melihat, mendengar dan menghayatinya.
Salah satu penyebab anak menjadi nakal karena orang tua yang tidak konsisten terhadap aturan yang ditujukan untuk anak-anak sehingga mereka melihat kecacatan orang dewasa terhadap aturan. Orang dewasa menyerukan untuk mematuhi aturan yang berlaku tapi disisi lain mereka juga melanggar aturan yang telah ditentukan.
Mungkin ini sebagai pelajaran untuk kita renungkan, bahwa kita tidak bisa memaksa orang lain untuk konsisten terhadap hukum tetapi memulai dari diri kita sendirilah yang mungkin dapat memotivasi orang lain untuk patuh terhadap hukum.

1 komentar:

Kismi Aprilia mengatakan...

jurnal anda saya copas untuk tugas. terimakasih.
selamat berkawan.

kismi aprilia
http://www.blogger.com/profile/02905292676813132893